Kamis, 27 November 2014

BIMBINGAN ANTISIPASI DAN TOILET TRAINING


ANTICIPATORI GUIDANCE DAN TOILET TRAINING
A.       Anticipatory Guidance
Anticipatory guidance adalah petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal.Upaya bimbingan ini diberikan kepada orang tua tentang tahapan perkembangan sehingga orang tua sadar akan apa yang terjadi dan dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan usia anak
PETUNJUK ANTISIPASI PADA MASA BAYI
Bimbingan pada orang tua pada tahun pertama kehidupan dibagi menjadi dua yaitu
1.      ENAM BULAN PERTAMA
a.       memahami proses penyesuaian antara artu dan bayi t.u ibu yang membutuhkan bimbingan setelah melahirkan.
b.      Membantu orang tua memahami bayi sebagai individu  yang mempunyai kebutuhan dan bagaimana bayi mengekspresikan keinginannya melalui tangisan
c.       Menentramkan orang tua bahwa bayi tidak akan manja dengan adanya perhatian yang penuh selama 4-6 bulan pertama.
d.      Menganjurkan ortu untuk membuat jadual kebutuhan bayi.
e.       Membantu ortu untuk memahami kebutuhan bayi terhadap stimulasi lingkungan.
f.        Menyokong kesenangan ortu dalam melihat tumbuh kembang bayinya misalkan dengan tertawa, dengan bersahabat mengamati respon sosial anak.
g.       Menyiapkanortu untuk memenuhi kebutuhan  rasa aman dan kesehatan bagi bayi misalnya pemberian imunisasi.
h.       Mengenalkan dan memberi makanan padat.

2.      ENAM BULAN KEDUA
a.       Menyiapkan ortu akan ketakutan bayi terhadap stranger anxiety.
b.      Hindarkan perpisahan yang terlalu lama.
c.       Bimbing orang tua untuk meningkatkan perhatian karena peningkatan mobilitas bayi dan ajarka disiplin sejak bayi.
d.      Menggunakan pendekatan dengan  kontak mata atau peringatan, jika tak berhasil dengan peringatan fisik dan dorong untuk bertingkah laku positif.
e.       Berikan lebih banyak perhatian ketika bayi berkelakuan baik daripada  ketika ia menangis
f.        Ajarkan memgenai pencegahan kecelakanan pada bayi karena ketrampilan motorik  dan keingintahuannya mengetahui sesuatu sangat tinggi
g.       Rencanakan saat penyapihan
h.       Eksplorasi perasaan orang tua disaat menjelang tidur bayi

3.      MASA TODDLER
  1. Usia 12-18 bulan
1)             Menyiapkan ortu untuk mengharapkan perubahan tingkah laku  toddler khususnya negativisme dan ritualisme.
2)             Mengkaji kebiasaan makan dan menyapih botol dan meningkatkan intake makanan padat.
3)             Mengakaji pola tidur malam hari ,kebiasaan dengan botol ditangan saat tidur,yang dapat meningkatkan caries gigi dan penundaan Tingkah Laku menolak jam jam tidur.
4)             Menekankan pentingnya hubungan orang tua dan anak pada perpisahan singkat.
5)             Mendiskusikan permainan baru yang menganggu perkembangan motorikhalus, motorik kasar,bahasa,kognitif dan ketrampilan social.
6)             Menekankan kebutuhan perawatan gigi,tipe kebersihan gigi dasar dirumah,kebiasaan makanan yang merupakan faktor predisposisi terjadinya caries,menekankan pentingnya suplemen florida.
  1. Usia 18-24 bulan 
1)             Menekankan pentingnya persahabatan dengan teman sebaya dalam permainan.
2)             Memerlukan persiapan tambahan sibling:menekankan pentingnya persiapan anak terhadap pengalaman baru.
3)             Mendiskusikan adanya meode disiplin,efektifitas dan perasaan orang tua tentang negativisme anak,menekankan  bahwa negativisme ialah aspek penting dari perkembangan aserting diri dan independen dan bukan tanda suatu kemanjaan
4)             Diskusikan tanda-tanda kekurang siapan toilet training,menekankan  pentingnya menunggu terhadap  kesiapan  fisik  dan psikologis
5)             Diskusikan perkembangan terhhadap takut pada  gelap atau suara gaduh dan kebiasaan seperti menghisap jari tangan,menekankan normalnya perubahan T-L
6)             Menyiapkan orang tua terhadap tanda - tanda regresi dari stress
C.     Usia 24-35 bulan
1)             Mendiskusikan pentingnya imitasi dan cara meniru  “perilaku domestik” shg perlu memasukkan anak dalam aktifitas
2)             Menekankan keunikan todler melalui penggunaan bahasa,pengertian yang kurang terhadap waktu dan ketidakmampuan melihat kejadian dr perspektif lain
3)             Menekankan disiplin dan penjelasan yang mengarah pada injury, bingung dan misunderstanding
4. PRA SEKOLAH
A.     Usia 3 tahun
1)      Menyiapkan ortu untuk meningkatkan minat anak dlm persahabatan yang lebih luas
2)      Mendorong untuk masuk TK (Taman Kanak kanak)
3)      Menekankan pentingnya peraturan.
4)      Menyiapkan orang tua untuk mengurangi ketegangagan yang berlebihan.
5)      Mendorong orang tua untuk menawarkan pilihan pada  anak ketika anak terombang-ambing.
6)      Memperingatkan ortu bahwa keseimbangan usia 3 tahun akan berubah menjadi Tingkah laku agresif pada  usia 4 tahun.
7)      Menyiapkan orang tua terhadap ketergantungan pada perhatian mereka seperti ketidaknyamanan emosional anak dan takut kehilangan kasih sayang.
8)      Antisipasi nafsu makan/selera makan dengan  pemilihan makanan.
9)      Menekankan kebutuhan proteksi dan pendidikan pada anak untuk mencegah injury.

B.     Usia 4 tahun
1)        Menyiapkan Tingkah Laku agresif,  aktifitas motorik dan bahasa yang mengejutkan.
2)        Menyiapkan terhadap keingintahuan seksual anak dengan  menjelaskan perbedaan jenis kelamin laki laki dan perempuan.
3)        Menyiapkan ortu terhadap imajinatif tinggi pada usia 4 tahun yang  menuntut kemampuan bercerita.
4)        Menekankan pentingnya peraturan yang nyata pada Tingkah laku  dan pendekatan teknik disiplin.
5)        Menyarankan belajar berenang.
6)        Membangunkln anak dr mimpi yg menakutkan dan yakinkan bahwa itu hanya mimpi.

C.     Usia 5 tahun
1)        Periode tenang.
2)        Meyakinkan anak memasuki lingkungan sekolah.
3)        Meyakinkan imunisasi baru sebelum memasuki sekolah.

5.MASA SEKOLAH
     A. Umur  6 tahun
1)        Diharapkan lebih menyukai makan banyak ( nafsu makan bertambah) dan sering menolak thd suatu makanan yang dia sukai /
2)        Peningkatan kerentanan terhadap penyakit dan terlebih lagi kesakitan padausia sebelumnya.
3)        Ajari cara mencegah kecelakaan dan rasa aman terutama dalam bersepeda.
4)        Sediakan kamar tersendiri bila mungkin.
5)        Ajarkan /dorong anak untuk berinteraksi dengan  teman sebaya.

B. Umur 7-10 ahun
1)        Diharapkan ada  kemajuan dalam kesehatan.
2)        Siapkan untuk meningkatkan aktivitas yang menimbulkan  resiko bahaya.
3)        Diharapkan adanya peningkatan keterlibatan dengan teman sebaya dan peningkatan  minat mengikuti aktivitas diluar rumah.
4)        Berikan kebebasan tapi masih dalam batas yang jelas dan memelihara disiplin /peraturan di masyarakat.
5)        Diharapkan lebih memenuhi permintaan ibu pada usia 8 tahun
6)        Persiapan sebelum masa remaja/menjadi gadis.
7)        Diharapkanmeningkatkan kebanggaan pada ayah diusia 10 tahun dimana peran ayah.segera mendorong aktifitas anak.
D.    Umur 11-12 tahun
1)      Menyiapkan Anak Terhadap Setiap Perubahan Tubuh Pada Masa Pubertas
2)      Berikan Pendidikan Seksual Secara Adekuat Dengan Memberikan Informasi Secara Cermat/Tepat
3)      Dorong Keinginan Anak Untuk Menjadi Dewasa
4)      Mengajari Anak Untuk Mencoba Melakukan Aktivitas Yang Kenmungkinn Menimbulkan Bahaya/Yang Membahayakan.
5)      Anak Dapat Ditingkatkan Jumlah Istirahatnya.

B.       TOILET TRAINING

Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol melakukan buang air kecil dan buang air besar. Beberapa ahli berpendapat toilet training efektif bisa diajarkan pada anak usia mulai dari 18 bulan sampai dengan 3 tahun, karena anak usia 18 bulan memiliki kecakapan bahasa untuk mengerti dan berkomunikasi. Keinginan kuat dari batita adalah menirukan orang tuanya.(Rahmi, 2008).
Toilet training (mengajarkan balita ke toilet) adalah cara balita untuk mengontrol kebiasaan membuang hajatnya di tempat yang semestinya, sehingga tidak sembarang membuang hajatnya.
Pada toilet training selain melatih batita mengontrol buang air kecil dan besar juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks. Sebab saat batita melakukan kegiatan tersebut disitu batita akan mempelajari anatomi tubuhnya sendiri serta fungsinya. Dalam proses toilet training diharapkan terjadi pengaturan impuls atau rangsangan dan instink batita dalam melakukan buang air besar dan air kecil. Dan perlu diketahui bahwa buang air besar merupakan suatu alat pemuasan untuk melepaskan ketegangan dengan latihan ini batita diharapkan dapat melakukan usaha penundaan pemuasan.(Hidayat, 2005).
Beberapa kesiapan, anak perlu dilakukan toilet training adalah ;
A.                Kemampuan Fisik

1.      Kontrol sadar spingter anal dan uretra biasanya pada usia 18-24 bulan
2.      Kemampuan untuk tetap kering selama 2jam ,menurunnya jumlah diapers, bangun dgn tidak ngompol setelah tidur siang.
3.      Perkembangan ketrampilan motorik kasar : duduk, jongkok, berjalan, meloncat dll
4.      Perkembangan ketrampilan motorik halus : mampu membuka celana dan berpakaian.
5.      Pola BAB yang sudah teratur.
B.                Kemampuan kognitif
1.      Menyadari timbulnya BAB/BAK.
2.      Ketrampilan untuk mengkomunikasikan scr verbal dan nonverbal yg menunjukkkan defekasi dan BAK akan terjadi.
3.      Ketrampilan kognitif unuk meniru perilaku yang tepat.
C.                Kemampuan Psikologis
  1. Timbulnya ekspresi untuk menyenangkan orang tua.
  2. Dapat duduk di toilet 5-10’ tanpa rewel atau meninggalkannya.
  3. Ingin tahu tentang kebiasaan toilet pada orang dewasa atau saudaranya.
  4. Tidak sabar dengann diapers yang basah atau kotor dan menginginkan untuk diganti segera.
D.                Persiapan orang tua
  1. Menyadari tingkat kesiapan orang tua
  2. Bersedia meluangkan waktu yang dibutuhkan untuk toilet training
  3. Sedang tidak ada stres/perubahan dlm keluarga spt perceraian,pindah rumah atau adanya sibling baru
Dalam studi di AS rata untuk mencapai toilet training dalah 2,4 tahun  dimana wanita lebih muda (rata 2,25 thn) dari pada laki-laki (2,56 thn)(bloom and other,1993). Bowel training biasanya lebih dahulu dari pada bladder training oleh karena sensasinya lebih kuat,dapat diramalkan dan mendapat perhatian khusus dari anak.Anak anak mempunyai kemampuan yang sempurna dalam mengontrol BAK siang hari padausia 3 tahun dan malam hari pada usia 4-5 tahun.Bila toilet training terlambat masih dianggap normal (Fergusson and Shannon,1986). Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan Perilaku regresi anak seperti  adanya sibling, pindah rumah atau perceraian.
Sibling Rivalry
Keluarga mendapat bayi baru  dapat menimbulkan krisis bagi anak toddler. Sebenarnya Toddler tidak membenci atau marah pada bayi, tetapi karena Perubahan merasa ada saingan, perhatian ibu terbagi, kebiasaan rutin menjadi berubah menyebabkan anak bertingkahlaku infantil sehingga memerlukan persiapan toddler untuk menerima kehadiran saudara kandungnya mulai  sejak bayi dalam kandungan.
LANGKAH YANG MENDUKUNG SUKSESNYA TOILET TRAINING
         Observasi waktu tertentu dimana anak merasa akan BAB,tempatkan dia diatas pispot,terutama pada waktu tersebut.
         Berikan pispot yang aman dan terasa nyaman bagi anak
         Jelaskan bahwa Toilet Training tidak hanya untuk ortu dan untuk kakaknya
         Ingatkan agar anak memberi tahu ortu bila ingin buang air
         Dudukkan anak diatas pispot dan ortu duduk atau jongkok dihadapannya sambil mengajak bicara atau cerita. Anjurkan anak untuk bermain dgn mainannya yg dapat mengalihkan tujuan Toilet Training
         Berikan pujian pada anak bila ia berhasil menyelesaikan tugasnya dgn baik. Bila terjadi kesalahan kecil ortu tidak perlu marah. Beri ia kesempatan untuk mencoba lagi dihari berikutnya
         Biasakan anak pergi ke toilet pada jam jam tertentu misalnya pagi hari setiap bangun tidur,siang dan malam hari sebelum tidur
         Berikan anak celana yang mudah dilepas& dikenakan kembali
C.       PENCEGAHAN TERHADAP KECELAKAAN PADA ANAK
Kecelakaan merupakan kejadian yang dapat menyebabkan kematian pada anak.
Kepribadian adalah factor pendukung terjadinya kecelakaan.Orang tua bertanggungjawab terhadap kebutuhan anak, menyadari karakteristik perilaku yang menimbulkan kecelakaandan  waspada terhadap factor-faktor lingkungan yang mengancam keamanan anak.
Factor-faktor Yang Menyebabkan Kecelakaan.
Jenis kelamin, Biasanya lebih banyak pada laki-laki karena lebih aktif di rumah.
Usia, Pada kemampuan fisik dan kognitif,  semakin besar usianya  akan semakin tahu mana yang berbahaya.
Lingkungan, Adanya penjaga atau pengasuh yang selalu melindungi anak.
Cara Pencegahan :
a.       Pemahaman tingkat perkembangan dan tingkahlaku anak
b.      Kualitas asuhan meningkat.
c.       Lingkungan aman.
Pencegahan Terhadap Kecelakaan  Sesuai Tumbuh Kembang Anak.

Masa Bayi
Jenis kecelakaan : Aspirasi benda, jatuh, luka baker, keracunan, kurang O2.
Pencegahan :
            a. Aspirasi        : bedak, kancing, permen (hati-hati).
            b. Kurang O2   : plastic, sarung bantal.
            c. Jatuh             : tempat tidur ditutup, pengaman (restraint), tidak pakai kursi tinggi.
            d. Luka bakar   : cek air mandi sebelum dipakai.
            e. Keracunan    : simpan bahan toxic dilemari.
Masa Toddler
1.      Jenis kecelakaan :
a. Jatuh/luka akibat mengendarai sepeda.
b. Tenggelam.
c. Keracunan atau terbakar.
d. Tertabrak karena lari mengejar bola/balon.
e. Aspirasi dan asfiksia.
a.       Pencegahan    :
a. Awasi jika dekat sumber air.
b. Ajarkan berenang.
c. Simpan korek api, hati-hati terhadap kompor masak dan strika.
d. Tempatkan bahan kimia/toxic di lemari.
e. Jangan biarkan anak main tanpa pengawasan.
f. Cek air mandi sebelum dipakai.
g. Tempatkan barang-barang berbahaya ditempat yang aman.
h. Jangan biarkan kabel listrik menggantung
à mudah ditarik.
i. Hindari makan ikan yang ada tulang dan makan permen yang keras.
j. Awasi pada saat memanjat, lari, lompat karena sense of balance.
Pra Sekolah
Kecelakaan terjadi karena anak kurang menyadari potensial bahaya : obyek panas, benda tajam, akibat naik sepeda misalnya main di jalan, lari mengambil bola/layangan, menyeberang jalan.
Pencegahan ada 2 cara ;
1.      Mengontrol lingkungan
2.      Mendidik anak terhadap keamanan dan potensial bahaya
3.      Jauhkan korek api dari jangkauan.
4.      Mengamankan tempat-tempat yang secara potensial dapat membahayakan anak.
5.      Mendidik anak :cara menyeberang jalan, arti rambu-rambu lalulintas, cara mengendarai sepeda yang aman sehingga perlu  peran orang tua = perlu belajar mengontrol lingkungan.

Usia Sekolah
1.      Anak sudah berpikir sebelum bertindak.
2.      Aktif dalam kegiatan : mengendarai sepeda, mendaki gunung, berenang.
3.      Perawat mengajarkan keamanan :
a.       Aturan lalu-lintas bagi pengendara sepeda.
b.       Aturan yang aman dalam berenang
4.      Mengawasi pada saat anak menggunakan alat berbahaya : gergaji, alat listrik.
5.      Mengajarkan agar tidak menggunakan alat yang bisa meledak/terbakar.

Remaja

1.      Penggunaan kendaraan bermotor bila jatuh dapat mengakibatkan : fraktur, luka pada kepala.
2.      Kecelakaan karena olah raga.
3.      Perlu petunjuk dalam penggunaan kendaraan bermotor sebelumnya ada negosiasi antara orang tua dengan remaja.
4.      Menggunakan alat pengaman yang sesuai.
5.      Melakukan latihan fisik yang sesuai sebelum melakukan aktivitas

PERAN KELUARGA DALAM PERKEMBANGAN ANAK


PERAN KELUARGA DALAM PERKEMBANGAN ANAK

Pengertian Keluarga
Sub Dit Perkesmas Dep Kes RI(1985)
Keluarga adalah suatu kelompok atau kumpulan orang ( manusia) yang hidup bersama sebaai kesatuan (unit) masy yang terkecil dan biasanya ada hub darah, perkawinan,atau ikatan lain, mereka hidup bersama dalam satu RT ( tempat tinggal) biasanya diasuh/dibawah asuhan seorang kepala  RT dan makan dari satu periuk.
Dep Kes RI (1988)
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yg tdd KK dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
DUVALL DAN LOGAN (1986)
Sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan ,kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial tiap anggota keluarga.
BAILON DAN MAGLAYA (1989)
Dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan Unit terkecil masyarakat, terdiri dari 2 orang atau lebih, adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu RT, dibawah asuhan seorang Kepala Keluarga, berinteraksi satu sama lain, setiap anggota keluarga  menjalankan perannya masing masing, menciptakan suatu kebudayaan.
Karakteristik Keluarga

1.      Merupakan kumpulan individu yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan/hubungan darah,adopsi
2.      Tinggal dalam satu RT
3.      Mengadakan interaksi dan komunikasi melalui peran sosial yang dijalankannya
4.      Mempertahankan budaya

Struktur Keluarga
*      Patrilineal : keluarga sedarah yg tdd sanak saudara sedarah dlm beberapa generasi,dimana hubungan itu disusun melalui  jalur garis ayah
*      Matrilineal : keluarga sedarah yg tdd sanak saudara sedarah dlm beberapa generasi,dimana hubungan itu disusun melalui  jalur garis  ibu
*      Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri
*      Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
*      Keluarga kawinan: hubungan  suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
Fungsi  Keluarga
  1. Merawat fisik anak(menyiapkan kebutuhan dasar)
  2. Mendidik menyesuaikan dengan kultur(mengajarkan cara sosialisasi)
  3. Menerima tanggung jawab untuk kesejahteraan anak secara psikologis dan emosional
Pemegang Kekuasaan
  1. Patriakal : bila dalam pengambilan keputusan, pemegang kekuasaan ada pada ayah.
  2. Matriakal :bila dalam pengambilan keputusan, pemegang kekuasaan ada pada ibu.
  3. Equalitarian : bila dalam pengambilan keputusan , pemegang kekuasaan campuran antara ayah dan ibu

Tahap Keluarga Menurut Duvall
1.        Tahap pembentukan keluarga
Pada tahap ini individu akan mencari pasangan hidup agar bias melangsungkan pernikahan guna membentuk Rumah tangga yang bahgia
2.        Tahap menjelang kelahiran anak
Tugas keluarga yang penting pada tahap ini adalah mendapat keturunan.  Melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga dan merupakan saat yang paling  ditunggu tunggu selama dalam menjalani rumah tangga.
3.        Tahap menghadapi bayi
Tugas keluarga pada tahap ini adalah  mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang pada anak
4.        Tahap menghadapi anak pra sekolah
Anak sudah mengenal kehidupan sosial, sudah mau bergaul denan teman sebaya tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena anak belum tahu konsep  kotor atau bersih. Anak juga sensitif terhadap pengaruh lingkungan, sehingga  tugas keluarga dalam ha l ini adalah menanamkan norma kehidupan,norma agama,sosial budaya dll
5.        Tahap menghadapi anak sekolah
Tugas keluarga pada tahap ini adalah mengajarkan  bagaimana mendidik anak,mengajari anak, Mempersiapkan masa depan, membiasakan anak belajar teratur, mengontrol tugas tugas sekolah, meningkatkan pengetahuan umum anak
6.        Tahap menghadapi anak remaja
Masa remaja adalah masa yang paling rawan , karena masa ini adalah masa dimana  anak mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya. Remaja sering berekperimen atau mencoba sesuatu yang baru dalam pencarian identitas dirinya.Oleh karena itu orang tua perlu memantau / mengawasi setiap perkembangan anak.  Suri tauladan / pemberian contoh tingkah laku yang baik dari orang tua  sangat diperlukan , untuk itu perlu dipelihara dan dikembangkan komunikasi dan saling pengertian antara orang tua dan anak.
7.        Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Tugas Orang tua pada tahap ini adalah mengantarkan  anak dalam kehidupan bermasyarakat agar anak memulai kehidupan untuk berumah tangga.
8.        Tahap berdua kembali
Pada tahap ini keluarga akan merasa sepi akibat ditinggalkan anak dan bila tidak dapat menerima kenyataan, orang tua akan mengalami depresi dan stress.
9.        Tahap masa tua
Pada tahap ini orang tua  memasuki tahap usia lanjut , kedua orang tua siap meningggalkan dunia fana ini.
Struktur keluarga
1.      Keluarga inti (nuclear family) : terdiri dari ayah , ibu dan anak
2.      Keluarga besar(extended family) : keluarga inti ditambah sanak saudara mis: nenek/kakek,keponakan,paman,bibi
3.      Keluarga berantai ( serial family) : keluarga yang terdiri dari  wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti
4.      Keluarga duda/janda ( single parent family) : keluarga yang terjadi karena perceraian/kematian
5.      Keluarga berkomposisi( composite family) : keluarga yang berpoligami dan hidup secara bersama-sama
Hubungan keluarga yang mempengaruhi perkermbangan anak
Adapun factor yang mempengaruhi adalah
1.             Ukuran keluarga
Pada keluarga inti, Orang tua akan lebih intensif  dan konsisten  dan menekankan harapan keluarga terhadap anak, lebih memperhatikan  pada perkembangan anak-anaknya.
Pada keluarga besar, anak sering mengalami krisis karena lebih menekankan pada keadaan kelompok dari pada individu , kerja sama lebih penting karena  tuntutan ekonomi.
2.             Posisi saudara kandung
Hubungan dengansaudara kandung sebagai dasar bagi  pengalaman anak dalam berinteraksi sosial dengan dunia luar. Dengan memiliki banyak saudara, anak dapat mempelajari loyalitas, persaingan,dominasi,kooperasi,sharing( berbagi)
Posisi anak juga dapat  mempengaruhi hubungan dengan  orang lain didalam atau diluar keluarga
Ukuran/ tipe keluarga yang mempengaruhi tumbuh kembang
SATU ANAK:
v     Hubungan orang tua erat, kematangan perilaku anak dengan teman sebaya baik
v     Perlindungan secara berlebihan
v     Perselisian keluarga minimal, tidak ada persaingan dengan saudara kandung
v     Kemauan dan kemampuan memberikan fasilitas pada anak maksimal
v     Tekananorang tua untuk mencetak prestasi akademik, olah raga dan sosial lebih tinggi
v     Anak didorong untuk memegang peran yang dipilihnya sendiri

KELUARGA KECIL
v     Biasanya direncanakan perbedaan usia anak
v     Orang tua dapat mencurahkanperhatian yang cukup bagi anak.
v     Menerapkan pengendalian yang demokratis terhadap prilaku anak.
v     Persaingan dan iri  antar saudara sering terjadi
v     Kecenderungan membandingkan prestasi antara satu anak dengan anak lainnya
v     Kemampuan memberikan fasilitas pada anak sama.
v     Tekanan orang tua untuk prestasi akademik, olah raga dan sosial baik
v     Orang tua menentukan peran dan tugas untuk setiap anak-anaknya.

KELUARGA UKURAN SEDANG
v     Biasanya  direncanakn dalam jumlah  dan perbedaan usia anak
v     Pengawasan yang kurang  demokratis dan otoriter
v     Orang tua menentukan peran masing –masing anak.
v     Anak  tidak diberi kesempatan bermain diluar rumah, diharuskan membantu rumah .
v     Tekanan prestasi pada anak pertama.
v     Rasa iri hati dan persaingan antar saudara tinggi
v     Kemampuan orang tua memberikan fasilitas terbatas
v     Kecenderungan  membandingkan prestasi anak dengan saudaranya.

KELUARGA BESAR
v     Seiring tidak terencana, penolakan orang tua
v     Perselisihan antar suami tinggi
v     Peran anak ditentukan orang tua
v     Pendidikan otoriter
v     Anak tidak memiliki kesmpatan bermain , tidak ada biaya dalam kegiatan dengan teman sebaya.
v     Persaingan dan perselisihan antar saudara sedikit
v     Orang tua tidak mampu memberikan fasiltas
v     Sedikit tekanan orang tua untuk berprestasi kecuali pada anak pertama
v     Sedikit perlindungan yang berlebihan kecuali anak pertama.

DAMPAK POSISI ANAK TERHADAP TUMBUH KEMBANG
ANAK LAHIR PERTAMA.
Orang tua lebih terlibat, lebih menaruh perhatian, berbicara lebih banyak menuntut, menharapkan banyak dari anak tertua, cenderung  memenuhi harapan orang tua.
Cenderung memiliki motivasi yang lebih kuat untuk mencapai prestasi, lebih  berorientasi pada orang dewasa, menyesuaikan diri dengan otoritas, lebih berhati-hati, lebih mudah merasa bersalah, lehih kooperatif, bertanggung jawab dengan mau menolong orang lain, kurang agresif karena berusaha memenuhi standar orang tua.
Biasanya sulit menerima gagasan.

ANAK LAHIR KEDUA
Kekuasaan kakak direbut sebagian, orang tua lebih memperhatikan dari pada anak pertama.
Kakaknya sering memberikan komentar tentang kesukaan, keinginan, maksud dan perasaan adiknya, menunjukkan perhatian, pengertian terhadap keadaan psikologi anak.
Bila jenis kelaminnya sama  biasanya lebih bersahabat.
ANAK LAHIR BUNGSU
Cenderung memiliki perasaan kurang mampu dan bersikap realisasi dalam evaluasi diri, kurang hati-hati dalam  bertindak tetapi lebih trampil secara sosial, lebih bermasyarakat, lebih ramah,lebih dapat menerima dan tidak menuntut orang lain.
Biasanya lebih populer dengan teman sebaya.

ANAK TUNGGAL
Anak tunggal dianggap mementingkan diri sendiri, manja, tergantung dan kesepian.
Menunjukkan test pengetahuannya lebih matang, lebih sensitif terhadap sosial dan menunjukkan kelebihan dalam kemampuan berbahasa karena sangat beruntung tidak diganggu oleh saudara lainnya , banyak waktu untuk komunikasidengan orang tua.

ANAK KEMBAR
Memerlukan perawatan khusus apabila tidak diharapkan dan kebutuhan tidak mencukupi.
Biasanya anak dengan kembarannya cenderung memuaskan kedua belah pihak.

ANAK DENGAN IBU BEKERJA.
Pengaruhnya tergantung pada usia anak saat mulai ibu bekerja, bila sebelum ibu bekerja selalu  bersama, hubungan mesra dengan anaknya pengaruhnya akan minimal.
Anak wanita cenderung  prestasinya lebih tinggi karena mengininkan prestasi seperti ibunya.
Anak laki/laki scenderung prestasInya kurang  karena ibu lebih memperhatikan anak perempuannya.
Kualitas hubungan lebih baik karena tidak selalu bersama sepanjang hari

ANAK TIDAK ADANYA AYAH.
Biasanya kesulitan menentukan pembentukan identitas seksual.
Anak biasanya cenderung tidak agresif, lebih cenderung mempunyai masalah sosial atau emosi dan memperlihatkan kognitif yang mirip dengan anak wanita.

ANAK DENGAN KELUARGA PERCERAIAN
Anak biasanya lebih menjadi agresif, sukar diatur dan pasif pada lingkungan
Bila anak laki-laki tinggal bersama ibu biasanya kurang maskulin, bila tinggal dengan ayah lebih cepat menyesuaikan diri.
Bila anak perempuan bila tinggal bersama ayah lebih sukar menyesuaikan diri dari pada tinggal bersama ibu.
Anak biasa nya mudah marah, sedih, atau depresi karena bila mengetahui pertengkaran orang tuanya.
Anak akan merasa tidak mendapatkan kasih sayang yang konsisten.

ANAK ADOPSI
Anak sering mengalami rasa cemas dan takut bila saat mengadopsi setelah umur 1 tahun karena anak sudah dapat membedakan orang yang merawatnya dengan orang asing dantimbul rasa tidak percaya.
Terjadi gangguan adaptasi dan interaksi dengan lingkungan bila anak yang merawat pindah –pindah tempat tinggal dan pola asuh yang berbeda.
Anak mengalami rendah diri, apabila saat adopsi anak sudah mengerti bahwa orang tua yang diasuhnya bukan orang tua kandung dan ditunjang apabila sikap lingkungan yang kurang menunjang.
Anak menjadi terasing apabila orang tua menyesal mengadopsi anak yang anak kemampuannya kurang dari orang tuanya.
Sering terjadi perselisihan apabila  adopsi tetapi mempunyai anak kandung.
Daftar Pustaka

Bailon, SG. Maglaya, AS. (1989), Family Heath  Nursing : The Proses Philippness : Up College on Nursing Diliman
Friedman MM. (1998) Family Nursing : Teory and Assessment, (4th ED) Connectiout Appleton. Century Crops
Pusdiknakes, (1992), Kumpulan Materi Pelatihan Peningkatan Kemampuan Dosen D-III Keperawatan dalam Mata Ajar Keperawatan Anak, 14-30 Juni.
Pusdiknakes (1992), Asuhan Keperawatan Anak dalam Konteks Keluarga.